BISNIS ONLINE

Selasa, 06 Desember 2011

Lukisan Suram Kehidupan Perempuan Bali


Lukisan Suram Kehidupan Perempuan Bali

Judul Buku      : Sagra (Kumpulan Cerpen)
Pnulis              : Oka Rusmini
Penerbit           : Indosesia Tera
Tahun              : Juli 2001 (cetakan pertama)
Tebal               : x + 202 hal.

            Bermula dari kisah Ida Ayu Pidada, putrid dari Ida Manik, yang mencintai Made Jegong dan Ida Bagus Baskara yang mencintai Luh Sewir. Dua Kisah cinta yang terbalik 180 derajat. Seorang perempuan berkasta Brahmana mencintai lelaki berkasta Sudra dan sebaliknya lelaki berkasta Brahmana mencintai perempuan Sudra. Kedua perempuan itu hamil di luar nikah dan untuk menutupi aib besar itu akhirnya Ida Ayu Pidada menikah dengan Ida Bagus Baskara, sedangkan Made Jegong menikahi Luh Sewir. 

            Dari pernikahan Pidada dan Baskara lahirlah Ida Ayu Cemeti yang sebenarnya merupakan anak dari benih Made Jegong. Adapun dari perkawinan Made Jegong dan Luh Sewir melahirkan Luh Sagra, yang merupakan benih dari Ida Bagus Baskara dan sejatinya Sagra merupakan keturunan bangsawan kasta Brahmana. 

            Luh Sagra yang kemudian beranjak dewasa mendapat pesan dari ibunya, Luh Sewir untuk mengabdi pada keluarga Ida Ayu Pidada. Sagra ditugaskan untuk mengasuh putra yang juga cucu pertama keluarga ini yakni Ida Bagus Yogaputra bocah berusia lima tahun yang m,erupakan putra dari Ida Ayu Cemeti dari Ida Bagus Astara. 

            Selama Sagra berada di griya keluarga Pidada, ia banyak menemukan keanehan yang kemudian baru disadarinya belakangan seperti Yoga yang hanya mau makan dan minum bila didampingi oleh Sagra atau keluarga Pidada yang mau menanggung semua beban biaya upacara ngeben Luh Sewir. Sagra juga menyadari adanya chemistry yang aneh antara keluarga Pidada dengan keluarga. Ketka bapaknya Made Jegong meninggal dunia, justru Ida Ayu Pidada yang terlihat bergelimang duka. Sebaliknya Ida Bagus Baskara yang meninggal, maka yang menanggung lara hati justru ibunya Luh Sewir. 

            Rahasia pun makin terkuak lebar kala cucu perempuan Pidada yakni Ida Ayu Prami ditemukan mati tenggelam. Sang ibu Ida Ayu Cemeti pun akhirnya menyusul kepergian Prami beberapa saat kemudian. Setelah berbagai peristiwa ini, Sagra pun dituntut Pidada untuk ttap menjaga kerahasiaan semua ini. 

***

             Cerita di atas adalah cerpen karya penulis prempuan asal Bali yakni Oka Rusmini yang berjudul “Sagra”. Cerpen ini pernah memenangkan kategori crita bersambung terbaik versi majalah Femina ditahun 1998. Cerpen ini juga menjadi judul dari kumpulan cerpen Oka Rusmini yang memuat secara keseluruhan 11 cerpen. Selain cerpn Sagra yang mendapatkan penghargaan, cerpen Putu Monolog Tuhan terpilih sebagai cerpen terbaik majalah Femina tahun 1994 dan juga cerpen Pemahat Abad terpilih sebagai cerpen terbaik tahun 1990-2000 versi majalah Horison

            Mencermati cerpen-cerpen Oka Rusmini dalam kumpulan cerpennya Sagra dan dengan tidak melupakan novelnya Tarian Bumi, akan banyak ditemukan banyak kesamaan. Persamaan yang paling sering ditemukan adalah masalah percintaan yang melibatkan perempuan kasta Brahmana dengan lelaki dari kasta Sudra. 

            Entah kenapa perempuan cantik berkasta paling tinggi ini hanya menemukan cintanya dengan lelaki berkasta paling rendah. Lelaki berkasta Brahmana sering digambarkan hanya bisa bermabuk-mabukan, main judi, sabung ayam atau meniduri segala macam jenis perempuan. Dalam cerpen Sagra, misalnya Ida Bagus Astara ditemukan mati di hotel besar dalam pelukan pelacur atau Ida Bagus Baskara yang hanya bisa berfoya-foya dan kemudian mati tenggelam di Kali Badug akibat menegak minuman keras. Hal yang sama terjadi dalam cerpen Putu menolong Tuhan, tokoh “aku” menikah dengan lelaki bukan berkasta bangsawan dan menemukan cintanya pada lelaki jaba. 

            Penggambaran negatif lainnya tentang lelaki kasta Brahmana ada dalam cerpen Pemahat Abad dan Cenana. Tokoh Ida Bagus Made Kopag yang tidak bisa melihat alias buta, dinyatakan sebagai “akibat” dari ayahnya yang berkasta Brahmana yang berperilaku buruk yang suka mabuk-mabukan dan meniduri banyak perempuan. Kopag menjadi “penebus” dosa semua itu. Begitu juga dengan lelaki berkasta Brahmana dalam cerpen Cenana, semuanya digambarkan memiliki perilaku buruk dan tidak jauh berbeda dengan cerpen-cerpen lainnya. 

            Dalam semua cerita yang ditulisnya bisa dikatakan Oka Rusmini ini memunculkan kisah yang bekenaan dengan tokoh-tokoh dari kasta tertinggi yakniBrahmana dengan kasta terendah yakni Sudra, tanpa ada satupun cerita yang berkisah tentang orang-orang yang berkasta di tengah-tengah keduanya yaksni Ksatria dan Waisya. 

            Mencermati fenomena di atas, terbesit pertanyaan yakni apakah sudah sedemikian hancurnya kehidupan kaum Brahmana terutama kaum lelakinya ? Apakah cinta perempuan Brahmana hanya didapatkan dari lelaki berkasta rendah ? 

            Selain masalah percintaan perempuan Brahmana dengan lelaki Sudra, cerpen-cerpen Oka Rusmini memiliki banyak persamaan dalam cerita-ceritanya seperti ending dalam Sagra dan Putu Menolong Tuhan. Yoga dalam cerpen Sagra dicurigai menenggelamkan adiknya ke dalam bak mandi sedangkan Putu dalam Putu Menolong Tuhan adalah pelaku yang mengaku mendorong neneknya ke dalam sumur! 

            Kesamaan lainnya adalah dalam ccerpen Esensi Nobelia dan Putu Menolong Tuhan, tokoh “aku” bersuamikan penulis freelance yang juga lelaki dari kasta lebih rendah. Begitu juga halonya ntara cerpen Pesta Tubuh dan Api Sita yang berlatar belakang kehidupan perempuan Bali di jaman penjajahan Jepang. Tetapi singkatnya semua ccerpen Oka Rusmini terkesan seragam yakni bercerita tantang perempuan Bali yang cantik, kaya dan bermartabat tetapi kadang tidak memiliki cinta sejati, dan kalau pun ada biasanya dengan lelaki Sudra yang kemudian memunculkan masalah dengan saudara ipar dan mertua-ini mirip dengan novel Oka Rusmini sendiri, Taerian Bumi. Tidak hanya itu, segala bentuk kehidupannya suradan seringkali tidak memiliki kekuasaan atau tubuhnya sendiri yang sudah tereksploitasi, bahkan dalam cerpen Sepotong Kaki, sang tokoh akhirnya memenggal kakinya! 

(Dodiek Adytya Dwiwanto dalam Cybersastra.net).

0 komentar:

Posting Komentar

PALING DISUKAI